IMPIAN SANG PELUKIS

PAC 25-1SP

Monday, 10/07/2023 | 2.30 – 3.00 PM

 

Sinopsis:

Jaiden Aksa Nugroho adalah seorang Pelukis yang akan mengadakan pameran pertamanya bersama seorang temannya Emily Anggita, Jaiden dan Emily tengah menyelesaikan karya kolaborasi mereka untuk pameran besok. Menjadi seorang Pelukis adalah mimpi Jaiden, namun sayang ayahnya tak mengizinkan dirinya untuk menjadi seorang Seniman, tapi hal itu tak menyurutkan semangat Jaiden untuk menjadi seorang Pelukis, Ia akan menunjukan kepada orang tuanya dengan membuat pameran bahwa menjadi Pelukis adalah takdirnya. Walaupun Jaiden ditentang oleh ayahnya Ia tetap bersikeras untuk menjadi Pelukis karena Ia menemukan kebahagiaan saat melukis, ketika melukis emosi Bahagianya membuat ia menggebu-gebu dan bersemangat. Selain itu Ia percaya bahwa karyanya tak kalah bagus dengan Seniman terkenal diluar sana, memang terkadang Jaiden dikuasai emosi Ego yang membuat Ia besar kepala, tapi dikala waktu Ia juga sering dilanda emosi Takut, hal itu karena Ia merasa dirinya tidak cukup pantas untuk dilabeli sebagai seorang Pelukis. Namun, pameran yang seharusnya menjadi titik awal Ia menampakan diri ke publik justru membuat Jaiden terluka, orang-orang yang hadir terutama Seniman panutannya (Oetami) tidak menghargai dirinya seperti mereka menghargai Emily. Emosinya menjadi tumpah ruah, mulai dari jawaban telepon dari ibunya, Emily yang tidak membantunya untuk disorot media dan Oetami yang mengacuhkannya. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal sepele namun tidak untuk Jaiden, ia merasa tidak ada satupun orang yang ada di sampingnya untuk mendukung mimpinya, rasa ketidakpercayaan diri, takut dan marah pun menguasai pikirannya, emosi negatif yang selama ini  dipendam pun keluar dan membuat Ia tak terkendali. Disaat Ia tak terkendali Ibu menelepon Jaiden, Ibu memberitahukan kalau Ia melihat pameran Jaiden melalui televisi, disanalah Ia melihat kalau Jaiden sudah bekerja keras untuk menjadi seorang Pelukis, dan hal itu yang membuat Ibu tersentuh dan mengatakan kalau mulai detik ini Ia akan selalu mendukung Jaiden untuk meraih mimpinya. Perkataan Ibu membuat Jaiden luluh, semua perasaan marah, takut, rendah diri entah mengapa luruh begitu saja, karena dukungan itu yang selama ini Jaiden harapkan dan butuhkan, dan pada akhirnya Jaiden merasa Ia mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri yang tidak sempurna tapi dengan ketidaksempurnaan itu membuat Ia menjadi manusia yang seutuhnya.