Jakarta, 9 Mei 2025 – LSPR Institute of Communication and Business (LSPR Institute) melalui LSPR School of Special Needs Education (LSPR SSNE) menyelenggarakan The 1st Global Special Education Teacher (GSET) Forum pada Jumat, 9 Mei 2025, bertempat di Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall, LSPR Sudirman Park Campus, Jakarta.
Forum Internasional ini mengangkat tema “Inclusive Teaching Strategies for Diverse Classrooms” dan menjadi ajang pertemuan pertama, dihadiri sebanyak 200 peserta yang terdiri dari para pendidik dan praktisi pendidikan khusus dari berbagai macam daerah, seperti Jakarta, Kalimantan, Bandung, Surabaya, Bogor, untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta inovasi terbaik dalam pendidikan inklusif.
Sebanyak enam pembicara internasional dan 2 nasional yang hadir, antara lain Prof. Dr. Ryuhei Sano selaku Professor Hosei University, Tokyo, Jepang; Mr. Masafumi Hizume, Director Research National Centre for Persons with Severe Intellectual Disabilities Nozominosono, Jepang ; Prof. Yuexin ZHANG & Prof. Wangqian FU selaku Vice Dean School of Special Education Beijing Normal University, Tiongkok ; Prof. Dr. Asep Supena, M.Psi Fakultas Pendidikan Khusus Universitas Negeri Jakarta ; Dr. Chrisdina Wempi selaku Dekan Fakultas Pendidikan Khusus LSPR Institute , Indonesia ; Ms. Anna Lu, Ph.D, selaku peneliti studi China – Indonesia dan Dorothy Ferrary – Dosen Institute of Education University College London.
Acara secara resmi dibuka oleh Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, selaku Founder & CEO LSPR Institute, Mr. Chujo Kazuo (Minister Deputy Head of the Mission of Japan to ASAN), Dr. Yasuyuki Mitshuhashi (Senior Policy Fellow on Healthcare ERIA), H.E. Djauhari Oratmangun (Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok).
Mr. Chujo Kazuo (Minister Deputy Head of the Mission of Japan to ASAN) menyampaikan, “Mendukung individu dengan disabilitas perkembangan merupakan isu penting di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Kolaborasi lintas sektor dan lintas negara sangat penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh individu dengan disabilitas perkembangan. Melalui The 1st GSET Forum 2025, saya berharap inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga mendorong aksi nyata untuk memperkuat sistem dukungan bagi individu dengan disabilitas perkembangan di negara-negara ASEAN.”
H.E. Djauhari Oratmangun selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, menyampaikan “Saya mengapresiasi LSPR Institute atas keberhasilannya menyelenggarakan forum internasional ini. Saya yakin para pakar dari berbagai latar belakang yang berpartisipasi dalam forum ini akan memperkaya diskusi hari ini. Lebih penting lagi, forum ini akan membuka lebih banyak peluang kerja sama, termasuk dengan negara-negara seperti Jepang dan Tiongkok, untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus.”
Dengan sesi presentasi paralel, diskusi kelompok kecil, dan penerjemah bagi pembicara internasional, forum ini diharapkan dapat menjadi ruang kolaboratif untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Acara ini ditutup dengan pemberian penghargaan GSET Inclusion Award 2025 kepada dua belas sekolah yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif serta pendidikan khusus. Sekolah yang mendapatkan penghargaan diantaranya, SLB C Asih Budi, Sekolah Purba Adhika, Sekolah Cikal, SMP & SMA Sekolah Inklusi School of Human, Sekolah Cita Buana, Sekolah IAS Al – Jannah, Sekolah Menengah Atas Garuda Cendekia, Sekolah Marsudirini Bogor, SLB C/CI TRIASIH, Sekolah Patmos,Saraswati Learning Centre, Sekolah Lazuardi GCS.
GSET Forum merupakan bagian dari komitmen Fakultas Pendidikan Khusus LSPR Institute dalam menciptakan kampus yang inklusif dan ramah difabel, sejalan dengan kiprah London School Centre for Autism Awareness (LSCAA) dan London School Beyond Academy (LSBA)selama lebih dari satu dekade. Kegiatan ini juga menjadi kontribusi nyata LSPR Institute dalam mendukung pengembangan profesional guru pendidikan khusus di Indonesia dan dunia.
Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR – Founder & CEO LSPR Institute of Communication & Business menyampaikan maksud dan tujuan Forum GSET ini digelar, “Forum GSET ini menjadi tonggak penting bagi Fakultas Ilmu Pendidikan Khusus LSPR School of Special Needs Education (LSPR SSNE), yang sejak awal hadir untuk menjawab kebutuhan akan tenaga pendidik profesional bagi siswa berkebutuhan khusus. Melalui forum akademik ini, kami membuka ruang dialog ilmiah lintas negara untuk membahas perkembangan terbaru dalam strategi pengajaran pendidikan inklusif. LSPR SSNE berkomitmen untuk mencetak para guru yang tidak hanya terlatih secara akademik, tetapi juga memiliki empati, kreativitas, dan kemampuan adaptif dalam menghadapi keragaman kebutuhan peserta didik.”
Dr. Chrisdina Wempi, Dekan Fakultas Pendidikan Khusus LSPR sekaligus Direktur LSBA & LSCAA, menyampaikan harapannya, “Dengan sesi presentasi paralel, diskusi kelas kecil yang difasilitasi penerjemah bagi pembicara internasional, forum ini diharapkan mampu menjadi ruang kolaboratif untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Forum ini diharapkan menjadi ajang bertukar pengalaman secara luas, sekaligus.” Ia menambahkan bahwa melalui forum ini, LSPR SSNE memperkenalkan Fakultas Pendidikan Khusus yang didukung fasilitas micro teaching terbesar, serta program pembekalan kemampuan wirausaha bagi para pengajar.
Beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari diskusi forum GSET yang berlangsung pada 9 Mei 2025 di LSPR Institute adalah: (1) Best practices atau model implementasi serta kebijakan pendidikan inklusif di negara-negara Asia, Jepang, Cina dan Indonesia, yang diwakili oleh para pembicara – memiliki kesamaan dan keragaman sesuai dengan konteks budaya, sosial dan politik dari setiap negara. Namun pada dasarnya semua mempunya tujuan yang sama, yaitu bagaimana memahami dan mengakomodir kebutuhan para siswa penyandang disabilitas/berkebutuhan khusus sehingga semua dapat memperoleh kesempatan belajar yang sama; (2) Pendidikan inklusif bukan sesuatu yang dapat diselesaikan dengan mudah, namun membutuhkan usaha dan dukungan secara berkesinambungan, kreatifitas serta kolaborasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) mulai dari pembuat kebijakan (pemerintah), praktisi pendidikan, orang tua dan komunitas masyarakat untuk mengadvokasi dan mendorong terwujudnya lingkungan pendidikan yang inklusif.
“Every step to break barriers is a step to build bridges. Every bridge leads us closer to an inclusive world” – Dorothy Ferrary – Dosen Institute of Education University College London. selaku pembicara dalam forum ini.
*END*