Apakah Anda merasa tertarik untuk menjelma menjadi seorang pemimpin yang mampu menginspirasi dan memandu dengan efektif di tengah kompleksitas zaman ini? Terbukti bahwa pendekatan kepemimpinan yang semakin diakui dan diterima luas adalah humble leadership. Dalam konteks era yang terus berubah dan tantangan yang semakin kompleks, kepemimpinan yang bersifat rendah hati (humble) ini mendapat pengakuan karena mampu menawarkan solusi yang efektif dan berkelanjutan. 

Melalui artikel ini, kami akan membahas secara mendalam konsep humble leadership, bagaimana konsep ini diaplikasikan dalam berbagai situasi, serta mengapa pemahaman yang mendalam tentang konsep ini sangat penting dalam memahami dinamika kepemimpinan masa kini.

Apa Itu Humble Leadership?

Humble leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan pada sikap rendah hati, kerendahan diri, dan kemampuan untuk mendengarkan dan belajar dari orang lain. Pemimpin yang menerapkan konsep ini tidak hanya fokus pada kepentingan diri sendiri, tetapi juga menghargai kontribusi dan perspektif orang lain dalam tim atau organisasi.

Selain itu, Humble leadership juga melibatkan komitmen untuk melayani orang lain, memposisikan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi, dan fokus pada keberhasilan kolektif. Pemimpin yang rendah hati memiliki kesadaran diri yang tinggi dan mampu memanfaatkan keahlian dan kekuatan anggota tim untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, humble leadership merupakan pendekatan yang efektif dalam memotivasi, menginspirasi, dan memimpin tim menuju kesuksesan bersama.

Baca Juga: Kepemimpinan: Teori, Tujuan dan Fungsi Menjadi Pemimpin

Humble Leadership Menurut Para Ahli

Menurut berbagai ahli dan pakar kepemimpinan, humble leadership adalah sebuah pendekatan kepemimpinan yang menempatkan fokus pada kerendahan hati, keterlibatan aktif, empati, dan pemberdayaan anggota tim. Berikut adalah beberapa definisi tentang humble leadership dari ahli:

1. Edgar H. Schein

Menurut Schein, humble leadership adalah tentang “mengakui bahwa kebenaran dan solusi seringkali terletak pada orang lain, sehingga seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan, belajar, dan mengakui keahlian orang lain.”

2. Owens & Hekman

Menurut Owens dan Hekman dalam American Psychology Association, humble leadership diartikan sebagai “leading from the ground” atau “menggerakkan dari bawah”. Mereka menyatakan bahwa gaya kepemimpinan ini dapat memotivasi tim untuk menjadi lebih mandiri dan independen.

Dari pernyataan di atas definisi humble leadership adalah bahwa pendekatan ini menekankan pada kerendahan hati, keterlibatan aktif, empati, dan pemberdayaan anggota tim. Seorang pemimpin yang menggunakan pendekatan humble leadership akan mengakui bahwa kebenaran dan solusi seringkali berasal dari orang lain, dan mereka memiliki kemampuan untuk mendengarkan, belajar, dan mengakui keahlian orang lain. 

Penerapan Humble Leadership

Penerapan humble leadership melibatkan beberapa prinsip kunci yang dapat membantu memandu pemimpin dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan berdaya saing. Berikut adalah beberapa prinsip tersebut:

1. Kerendahan Hati

Pemimpin yang menerapkan prinsip kerendahan hati mengakui bahwa mereka tidak selalu memiliki semua jawaban. Mereka memahami bahwa setiap individu di dalam tim memiliki kontribusi yang berharga dan pengalaman yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang CEO yang menggunakan pendekatan humble leadership mungkin akan mengadakan sesi diskusi terbuka dengan timnya untuk mendengarkan ide-ide dan masukan dari semua anggota tim, bahkan dari level yang lebih rendah dalam hierarki organisasi. Mereka juga tidak ragu untuk mengakui kesalahan mereka sendiri dan bersedia belajar dari anggota tim yang memiliki keahlian atau pengalaman yang lebih dalam di bidang tertentu.

2. Empati

Pemimpin yang empatik memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Mereka mengambil waktu untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengerti sudut pandang anggota tim mereka. Sebagai contoh, seorang manajer yang menerapkan prinsip humble leadership mungkin akan mengadakan pertemuan satu-satu dengan anggota tim untuk mendengarkan aspirasi, kekhawatiran, atau masalah yang dihadapi oleh mereka. Dengan memperlihatkan empati, pemimpin tersebut dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan memotivasi anggota tim untuk berkolaborasi secara lebih efektif.

3. Pemberdayaan

Pemimpin yang rendah hati memberdayakan anggota tim mereka dengan memberikan tanggung jawab dan kepercayaan. Mereka menyadari bahwa memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas tugas-tugas tertentu dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka. Sebagai contoh, seorang supervisor yang menerapkan prinsip humble leadership mungkin akan memberikan proyek-proyek yang menantang kepada anggota timnya dan memberikan dukungan serta bimbingan saat diperlukan. Dengan memberdayakan anggota tim, pemimpin tersebut membantu mereka untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal mereka.

4. Transparansi

Penting bagi pemimpin yang menggunakan pendekatan humble untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan anggota tim mereka. Mereka membagikan informasi tentang visi, tujuan, dan keputusan organisasi secara transparan, sehingga anggota tim merasa dihargai dan termotivasi. Sebagai contoh, seorang manajer yang menerapkan prinsip humble leadership mungkin akan menyelenggarakan rapat rutin untuk memberikan pembaruan tentang perkembangan proyek, masalah yang dihadapi, dan keputusan strategis yang dibuat oleh manajemen. Dengan demikian, anggota tim merasa lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang arah yang diambil oleh organisasi.

Mengapa Memahami Konsep Ini Penting?

Memahami konsep humble leadership menjadi kunci penting dalam konteks kepemimpinan masa kini karena pergeseran paradigma dalam pandangan tentang apa yang membuat seorang pemimpin efektif. Kepemimpinan tidak lagi hanya diukur dari tingkat kekuatan atau keahlian teknis semata, tetapi juga dari kemampuan seseorang untuk memahami dan memanfaatkan aspek-aspek emosional, sosial, dan psikologis dalam memimpin tim.

Pertama-tama, pemahaman akan konsep humble leadership penting karena berfokus pada aspek kerendahan hati. Dalam era di mana kerja sama tim dan kolaborasi menjadi kunci untuk mencapai tujuan bersama, seorang pemimpin yang mampu mengakui bahwa mereka tidak selalu memiliki semua jawaban atau solusi akan lebih terbuka terhadap kontribusi dan ide-ide dari anggota timnya. Dengan demikian, pemimpin yang rendah hati mampu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan didengarkan.

Selanjutnya, memahami konsep humble leadership juga penting karena menekankan pada aspek empati. Seorang pemimpin yang empatik memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Dalam konteks kerja, hal ini sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim, serta untuk memotivasi anggota tim untuk bekerja secara produktif dan efisien. Dengan memperlihatkan empati, seorang pemimpin mampu menciptakan iklim kerja yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan semua individu dalam tim.

Selain itu, pemahaman akan konsep humble leadership juga memperkuat aspek pemberdayaan. Pemimpin yang rendah hati tidak hanya memberikan arahan dan instruksi kepada anggota tim, tetapi juga memberdayakan mereka dengan memberikan tanggung jawab dan kepercayaan. Hal ini memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk mengembangkan potensi mereka, meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian, memahami konsep humble leadership tidak hanya penting untuk keberhasilan individu sebagai pemimpin, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan berdaya saing. Seorang pemimpin yang mampu mengadopsi sikap rendah hati, mendengarkan dengan empati, dan memberdayakan anggota timnya akan mampu menggerakkan tim menuju kesuksesan bersama dalam era kepemimpinan yang terus berkembang.

Contoh Pemimpin yang Menerapkan Humble Leadership

1. Satya Nadella

Salah satu contoh pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang rendah hati atau humble leadership adalah Satya Nadella, CEO Microsoft. Nadella dikenal karena pendekatannya yang terbuka, rendah hati, dan berfokus pada kolaborasi.

2. Angela Merkel

Sebagai kanselir Jerman, Angela Merkel telah memimpin dengan rendah hati dan kesederhanaan. Dia dikenal karena pendekatannya yang tenang dan metodis dalam menangani isu-isu kompleks, serta kemampuannya untuk mendengarkan pandangan yang beragam dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.

3. Gary Vee

Gary Vaynerchuk, atau dikenal sebagai Gary Vee, juga merupakan contoh yang bagus dari pemimpin dengan gaya humble leadership. Gary Vee adalah seorang pengusaha, penulis, dan pembicara motivasi yang terkenal karena keberaniannya dalam berbagi kisah hidupnya dan memberikan nasihat tentang bisnis dan kehidupan.

Baca Juga: Mengenal Konsep Kepemimpinan Transformasional

Belajar Kepemimpinan di Program Doctoral Degree in Communication & Leadership LSPR Institute of Business & Communication. 

Mengembangkan keterampilan kepemimpinan adalah langkah penting untuk meraih kesuksesan dalam karier. Jika dirimu tertarik untuk memperdalam pemahaman tentang konsep-konsep seperti leadership dan ingin mengasah kemampuan dalam manajemen, kamu dapat mengejar pendidikan di Program Doctoral Degree in Communication & Leadership LSPR Institute of Business & Communication. 

Melalui program ini, studi inovatif dan tugas-tugas yang menantang digunakan sebagai dasar untuk penyelidikan teoritis dan metodologis dalam komunikasi dan hubungan masyarakat yang diperlukan untuk perubahan kolaboratif. Dengan mempelajari dan mempraktikkan hubungan masyarakat, mahasiswa akan menghasilkan penelitian asli dan berkontribusi pada kemajuan bangsa dan negara.

Lulusan yang akan dihasilkan oleh  Doctoral Degree in Communication & Leadership yang ditawarkan oleh LSPR Institute of Communication & Business mencakup individu yang memiliki profesi seperti: Dosen, Peneliti, Pebisnis, Konsultan, dan Praktisi Hubungan Masyarakat Profesional seperti: Direktur Komunikasi Korporat, Spesialis Komunikasi Korporat, Asosiasi Hubungan Masyarakat Senior, dan Analis Urusan Publik. Yuk daftar sekarang dan jadilah bagian dari perubahan dalam cara kepemimpinan di dunia bisnis!