

Sabtu, 20 September 2025 menjadi hari pertama LSPR Dance menampilkan pertunjukan Dance On 9 dengan judul “Tandava: Rise Of The Beat”. Penampilan diadakan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki yang dimulai pada pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB.

Sumber dari Dokumentasi Pribadi LSPR News
Pertunjukan teater tari “Tandava: Rise Of The Beat” ingin menunjukkan bahwa menari bukan hanya sebuah hiburan semata, melainkan juga bentuk ekspresi diri yang kuat, sarat makna, dan mampu menyatukan hati dan jiwa. Kisah ini berpusat pada Neela, seorang penari muda yang berusaha membuktikan kepada ayahnya bahwa tarian adalah jalannya untuk menyampaikan perasaan dan mimpinya. Meski sang ayah masih diliputi trauma atas kematian Sakha, saudara Neela yang membuatnya menolak keras dunia tari, Neela bertekad untuk menembus tembok larangan itu dan membuktikan bahwa tari dapat menjadi obat sekaligus penghubung di antara mereka.
Dalam perjalanannya, Neela tidak sendiri. Ia didukung oleh Naray, Rajani, Mala, dan para crew dancer dari masing-masing tim yang hadir dengan semangat dan karakteristik berbeda. Masing-masing tim membawa gaya menari yang unik, mulai dari gerakan yang enerjik, penuh emosi, hingga sentuhan yang anggun. Semuanya berpadu menjadi sebuah harmoni yang kuat. Pertunjukan ini menampilkan semangat persatuan dalam perbedaan, di mana tarian bukan hanya soal teknik, melainkan juga cerminan identitas dan perjalanan hidup para penarinya.

Sumber dari Dokumentasi Pribadi LSPR News
“Tandava: Rise Of The Beat” memiliki ciri khas yang membedakannya dari pertunjukan lainnya. Selain menampilkan koreografi penuh energi dengan berbagai genre tari yang saling beradu, pementasan ini juga diperkaya dengan nuansa teatrikal, alunan musik yang membangkitkan semangat, dan interaksi antar karakter yang menghidupkan cerita. Penonton diajak untuk merasakan perjuangan, emosi, dan kebangkitan dari para tokoh di atas panggung. Melalui pertunjukan ini, tersampaikan pesan bahwa tarian adalah bahasa universal yang mampu menyembuhkan luka, meruntuhkan batasan, dan menyatukan hati yang terpisah.
Artikel oleh Artha Wafiqa Muyassara Rizqa