Lombok Tengah, 20 Mei 2025 — LSPR Institute of Communication and Business menggelar kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bagian dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah. Kegiatan ini melibatkan kolaborasi lintas program studi dan fakultas, yakni Program Studi Pariwisata dari Fakultas Bisnis, serta Fakultas Komunikasi, yang bersinergi dalam mendukung pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan.

Kegiatan ini berfokus pada pengembangan branding berkelanjutan melalui dua program utama: “Pengembangan Desa Wisata Hijau Melalui Desain Cinderamata Gelas Kayu dan Merchandise dalam Meningkatkan Branding Berkelanjutan di Desa Bilebante” yang diketuai oleh Jati Paras Ayu, MM.Par., CHE, serta “Perancangan Desain Logo, Shopping Bag & Shopping Box Ramah Lingkungan untuk Meningkatkan Branding Desa Bilebante” yang diketuai oleh Yesi Pandu Pratama Wibowo DC, M.Par. serta beranggotakan Siti Adelita Raif Khadijah, M.Par. dan Dewi Rachmawati, M.Si.

Sumber dokumentasi pribadi LSPR Institute

Bekerja sama dengan pemerintah desa, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan masyarakat setempat, kegiatan ini bertujuan memperkuat identitas dan citra desa melalui inovasi produk souvenir dan kemasan ramah lingkungan. Kepala Desa Bilebante, Asrok Mudailun, menyatakan bahwa tas belanja atau shopping bag berlogo menjadi media promosi yang efektif dan berkelanjutan, karena mampu membawa nama desa ke luar daerah melalui tangan wisatawan.

Pahrul Azim selaku Ketua Pokdarwis Desa Bilebante, memberikan apresiasi atas kegiatan ini. “Program ini sangat positif. Selain meningkatkan keterampilan warga, gelas kayu ukir menjadi cinderamata unik dan goodie bag dengan logo Bilebante yang memperkuat identitas desa dan menarik minat wisatawan. Kami berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan berkembang,” ujarnya.

Dari sisi ekonomi, peluang baru terbuka bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan melalui produksi dan penjualan kemasan seperti tote bag berbahan kanvas yang sekaligus menjadi suvenir menarik. Pendekatan ini memadukan teknologi modern—seperti desain grafis dan mesin ukir laser/CNC—dengan nilai-nilai kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan. Produk yang dikembangkan mencakup gelas kayu hasil ukiran yang berpotensi menjadi wadah saji untuk jamu khas Bilebante.

Pelatihan yang diberikan meliputi penggunaan mesin ukir oleh warga lokal serta materi mengenai jenis-jenis tas belanja ramah lingkungan dan teknik sablon. Sebanyak 30 peserta berpartisipasi dalam praktik menyablon manual pada paper bag, spunbond, dan tote bag. “Dengan menggunakan shopping bag yang bisa dipakai berulang kali, kita tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga memperkuat citra Desa Bilebante sebagai desa wisata yang peduli lingkungan,” ujar Yesi Pandu.

Sumber dokumentasi pribadi LSPR Institute

Jati Paras Ayu menambahkan bahwa “dengan membuat gelas ukir kayu berlogo Bilebante, dapat memperkuat branding desa secara luas”. Melalui pelatihan pembuatan cinderamata gelas kayu ukir yang bertujuan untuk memberdayakan warga serta memperkuat branding desa sebagai destinasi wisata berbasis budaya lokal. Gelas kayu ukir dipilih karena mengangkat nilai estetika tradisional dan ramah lingkungan untuk menjadi merchandise khas Desa Bilebante. Pelatihan mencakup keterampilan desain, teknik ukiran, serta strategi pemasaran branding. Melalui program ini, masyarakat didorong menghasilkan produk kreatif bernilai jual tinggi yang dapat dijadikan oleh-oleh khas desa. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat identitas kultural Desa Bilebante di mata wisatawan.

Dari sisi pariwisata berkelanjutan, program ini berkontribusi dalam menciptakan ekosistem wisata. Dengan menggunakan gelas kayu dan mengukir secara mandiri, produk ini mendukung praktik ramah lingkungan sekaligus memperpanjang durasi kunjungan wisatawan melalui pengalaman lokal yang otentik. Kegiatan ini disambut antusias oleh warga dan pemerintah desa, sebagai langkah konkret dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.

Shopping bag berlogo Desa Bilebante kini tidak hanya menjadi wadah oleh-oleh, tetapi juga simbol komitmen desa terhadap pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Diharapkan kegiatan ini menjadi langkah awal menuju pengembangan desa wisata yang lebih inovatif dan berdaya saing tinggi.