

Memaknai hari buruh berarti ikut menyuarakan keadilan dan menuntut kesetaraan antara regulasi dan realita
Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap tanggal 1 Mei nampaknya bukan hanya menjadi ajang seremonial tahunan belaka, melainkan momen penting untuk merefleksikan perjuangan dan kondisi pekerja masa kini. Di LSPR Institute, semangat Hari Buruh dimaknai sebagai kesempatan untuk menyoroti tantangan serta harapan baru bagi dunia kerja. Hari buruh sebagai salah satu momentum dimana para pekerja menyuarakan hak-hak mereka, menuntut keadilan di tengah regulasi yang seringkali banyak merugikan para pekerja.
Tentunya untuk memperingati Hari Buruh Internasional ini, LSPR News mengadakan wawancara singkat dengan Mam Marlina, S.E., M.I.Kom., salah satu dosen di LSPR Institute, mengenai apa arti penting dari hari buruh. Menurut Mam Marlina sendiri, hari buruh merupakan simbol perjuangan hak-hak pekerja yang harus terus diperjuangkan. Menurutnya, perlindungan terhadap hak pekerja, seperti upah layak, jam kerja yang manusiawi, dan jaminan sosial adalah pondasi penting dalam menciptakan keadilan sosial di dunia kerja.
Dalam wawancara singkat tersebut juga Mam Marlina menyoroti bahwa meskipun kondisi pekerja di Indonesia menunjukkan perbaikan, terutama dalam literasi digital dan akses terhadap sektor baru, seperti tantangan besar kerap kali masih membayangi para pekerja, terutama di Indonesia. Undang-Undang Cipta Kerja, misalnya, memperkenalkan sistem kerja yang lebih fleksibel, namun berdampak pada ketidakpastian status kerja. Selain itu, upah yang belum sesuai standar hidup layak dan masih adanya kesenjangan gender menjadi perhatian serius.
Khusus bagi pekerja perempuan, Mam Marlina menyoroti akan pentingnya perlindungan hak maternitas, promosi yang adil di dalam dunia kerja, dan fasilitas kerja yang ramah keluarga. Hal tersebut karena perlu diingat bahwa perempuan seringkali menghadapi beban kerja ganda, yakni dimana harus mengurus urusan pekerjaan secara profesional maupun urusan domestik keluarga.
Sejalan dengan semangat Hari Buruh, Mam Marlina juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah agar lebih berpihak kepada kesejahteraan pekerja. Ini termasuk pengawasan ketat terhadap praktik outsourcing dan kontrak, pengadaan program pelatihan vokasi yang adaptif terhadap era digital dan pemanfaatan AI di dalam dunia kerja.
Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani
Thumbnail didesain oleh Dygo Aheesa Prima Nusantara