Saat ini perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia. Hal ini sangat berdampak bagi banyak sektor seperti sektor energi, kehutanan, dan tata guna lahan. Selain itu, adanya perubahan iklim yang terbilang sangat drastis juga mempengaruhi pada pendanaan iklim, industri, dan lainnya.

FPCI Climate Unit sebagai organisasi kebijakan luar negeri telah menyelenggarakan acara diskusi yang terbuka untuk publik dengan tema “Indonesia Climate Policy Outlook 2024” pada Jumat, 15 Maret 2024. Acara ini berlangsung dari jam 14.00 hingga 16.00 WIB di Auditorium Prof. Dr. Hasjim Djalal, Mayapada Tower, Jakarta. Diawali dengan penayangan video profil FPCI dan dilanjutkan oleh moderator acara. Diskusi terbuka ini dihadiri oleh lima pembicara dengan fokus yang sama akan kebijakan pengendalian perubahan iklim.

Pada awal pembahasan, dimulai dari Bapak Dr. Indra Gustari selaku Ketua Pokja Prediksi Indeks Iklim BMKG membahas data BMKG mengenai perubahan iklim yang terjadi pada Juli 2023, dimana ini menjadi catatan suhu tertinggi yang terjadi di Indonesia. Bapak Indra juga menyampaikan peran BMKG ini adalah melakukan upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan suatu daerah dengan bekerjasama dengan instansi terkait seperti Kementerian Pertanian guna menanggulangi masalah daerah darurat pertanian. Dilanjutkan dengan pembicara kedua, Nadia Hadad selaku Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan. Ia menyampaikan fakta bahwa tantangan dari perubahan iklim juga dipengaruhi oleh tata kelola dan tata guna lahan. Hal itu dapat dibuktikan dengan angka deforestasi yang mencapai 210 ribu hektar. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melindungi hutan atau meningkatkan deforestasi.

 

Sumber: Dokumentasi LSPR News

 

Andhyta F. Utami selaku CEO Think Policy menyebutkan bahwa ada langkah yang perlu ditingkatkan agar kebijakan pemerintah sejalan dengan isu perubahan iklim. Langkah yang dimaksud adalah under demand, critical thinking, dan under supply. Andhyta percaya bahwa dengan menarik masyarakat Indonesia untuk lebih tertarik membahas lebih lanjut mengenai perubahan iklim dan tahu mengenai fakta yang ada, akan mengarah ke solusi dari dampak perubahan iklim.

Gita Syahrani selaku Ketua Dewan Pengurus KEM juga menyampaikan pendapatnya untuk mengatasi keburukan kondisi hutan Indonesia saat ini dengan cara hilirisasi sebab terdapat pihak-pihak yang mengambil sumber daya alam tanpa memerhatikan keberlangsungan ekosistem didalamnya. Dr. Marlistya Citraningrum selaku Manajer Program Akses Energi Bekelanjutan berpendapat bahwa solusi dari permasalahan perubahan iklim tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tapi juga harus didukung oleh msyarakat. Salah satu contoh solusinya adalah dengan memanfaatkan PLTS berupa panel surya yang dipasang di masing-masing rumah.

Tidak hanya penyampaian insight oleh kelima pembicara, tetapi peserta juga diberikan kesempatan untuk melakukan sesi tanya jawab. Setelah sesi tanya jawab, pembicara juga menyampaikan  harapan kedepan tentang krisis iklim dan kebijakannya untuk Indonesia. Acara ini berlangsung lancar dan ditutup dengan sesi dokumentasi oleh para pembicara, MC, dan moderator.

 

 

Artikel diketik oleh Parisya, Aji, dan Angga

Disunting oleh Alivia Ichsania